Selasa, 03 Juli 2018


Rangkuman Novel Dilan 1991 Karya Pidi Baiq
Cinta pertama memang tak terlupakan. Meskipun sudah bertahun-tahun lamanya, dia tetap menempati sisi lain hati. Memang kelihatan samar, namun begitu nyata, walaupun hanya untuk pemilik hati saja.
Milea Adnan Hussain, dia kembali mengenang kisah kasihnya bersama Dilan di tahun 1991.
Setelah akhirnya mereka menandatangani surat pernyataan bermaterai di Warung Bi Eem, Milea dan Dilan resmi berpacaran. Dengan perasaan yang masih begitu memuncah, Dilan mengantarkan Milea pulang ke rumahnya dengan status Pacar Milea.
Milea bahagia. Dilan juga begitu. Milea selalu rindu Dilan. Dilan sepertinya juga begitu.
“Aku merasa benar-benar nyaman dengannya dan aku tidak merasa tertekan. Dia hanya menungguku untuk menyerah. Aku telah menemukan seseorang yang aku bisa mencintainya tanpa merasa takut untuk tidak dicintai.” – Milea – hlm. 273

Namun, cinta mereka langsung diuji. Ingat bukan, sebelum mereka jadian, Dilan berkelahi dengan Anhar karena Anhar berani menampar Milea? Setelah itu, Dilan diancam akan dipecat dari sekolah jika berkelahi lagi?
Rasanya, bukan Dilan kalau takut dengan ancama pihak sekolah. Lagi-lagi Dilan dan kelompoknya berencana untuk balas dendam karena beberapa waktu yang lalu, Dilan dikeroyok sampai babak belur.
Milea sebagai pacar Dilan tentu tak ingin pacarnya berkelahi. Apalagi Milea tahu, jika Dilan kena masalah lagi, maka dia akan dipecat dari sekolah. Milea tak ingin Dilan dipecat dari sekolah. Saking cemasnya, Milea mengancam Dilan. Jika Dilan nggak nurut Milea, mereka putus.
“Dengar ya, Lia. Kamu harus tau, senakal-nakalnya gank anak motor, mereka juga shalat pada waktu ujian praktek Agama.” – Dilan – hlm. 19

Dilan masih remaja. Jiwanya yang bebas jelas tak ingin dikekang. Tapi, Dilan sangat mencintai Milea Adnan Hussain. Lalu, harus bagaimana dia harus bersikap? Menuntaskan rasa dendam dan marahnya, menyelematkan igo dan harga dirinya, atau menjadi Dilan yang diinginkan Milea?
“Ah, gak apa-apa gak pacaran sama kamu juga, deh. Asal kamunya tetep ada di bumi. Udah cukup, udah bikin aku seneng.” – Dilan – hlm. 24