Rangkuman Novel Dilan 1991 Karya Pidi Baiq
Cinta
pertama memang tak terlupakan. Meskipun sudah bertahun-tahun lamanya, dia tetap
menempati sisi lain hati. Memang kelihatan samar, namun begitu nyata, walaupun
hanya untuk pemilik hati saja.
Milea
Adnan Hussain, dia kembali mengenang kisah kasihnya bersama Dilan di tahun
1991.
Setelah
akhirnya mereka menandatangani surat pernyataan bermaterai di Warung Bi Eem,
Milea dan Dilan resmi berpacaran. Dengan perasaan yang masih begitu memuncah,
Dilan mengantarkan Milea pulang ke rumahnya dengan status Pacar Milea.
Milea
bahagia. Dilan juga begitu. Milea selalu rindu Dilan. Dilan sepertinya juga
begitu.
“Aku
merasa benar-benar nyaman dengannya dan aku tidak merasa tertekan. Dia hanya
menungguku untuk menyerah. Aku telah menemukan seseorang yang aku bisa
mencintainya tanpa merasa takut untuk tidak dicintai.” –
Milea – hlm. 273
Namun,
cinta mereka langsung diuji. Ingat bukan, sebelum mereka jadian, Dilan
berkelahi dengan Anhar karena Anhar berani menampar Milea? Setelah itu, Dilan
diancam akan dipecat dari sekolah jika berkelahi lagi?
Rasanya,
bukan Dilan kalau takut dengan ancama pihak sekolah. Lagi-lagi Dilan dan
kelompoknya berencana untuk balas dendam karena beberapa waktu yang lalu, Dilan
dikeroyok sampai babak belur.
Milea
sebagai pacar Dilan tentu tak ingin pacarnya berkelahi. Apalagi Milea tahu,
jika Dilan kena masalah lagi, maka dia akan dipecat dari sekolah. Milea tak
ingin Dilan dipecat dari sekolah. Saking cemasnya, Milea mengancam Dilan. Jika Dilan
nggak nurut Milea, mereka putus.
“Dengar
ya, Lia. Kamu harus tau, senakal-nakalnya gank anak motor, mereka juga shalat
pada waktu ujian praktek Agama.” – Dilan – hlm. 19
Dilan
masih remaja. Jiwanya yang bebas jelas tak ingin dikekang. Tapi, Dilan sangat
mencintai Milea Adnan Hussain. Lalu, harus bagaimana dia harus bersikap?
Menuntaskan rasa dendam dan marahnya, menyelematkan igo dan harga dirinya, atau
menjadi Dilan yang diinginkan Milea?
“Ah,
gak apa-apa gak pacaran sama kamu juga, deh. Asal kamunya tetep ada di bumi.
Udah cukup, udah bikin aku seneng.” – Dilan – hlm. 24